Tak terasa tahun 2011 akan berakhir. Tidak mau ketinggalan, kami pun ingin merayakannya dengan mengadakan trip ke salah satu spot yang belum pernah kami kunjungi. Dan bahkan mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat umum.
Setelah googling kami menemukan salah satu blog tentang Maumere. Di blog tersebut terdapat daftar beberapa spot di Maumere yang belum banyak diketahui orang. Salah satunya adalah air terjun Murusobe atau air terjun kembar.
Excited! Selanjutnya kami langsung mencari info tentang air terjun tersebut. Akses jalan, cara menuju ke sana, dan apa saja yang kemungkinan diperlukan untuk pergi ke sana. Memang sedikit sekali info yang kami dapatkan, karena mayoritas penduduk Maumere sendiri belum pernah ke sana. Dan inti dari info yang kami dapatkan adalah untuk menuju ke sana kami harus trekking sekitar 3 - 4 jam. HUWOW! Oke, kami pun berangkat dengan modal nekad.
Kami berangkat dari kota Maumere pukul 09.00 WITA. Perjalanan ke desa Loke (pemberhentian pertama) sekitar 1 jam. Nah, mulai dari desa Loke inilah kami harus trekking sekitar 3 - 4 jam menuju air terjun Murusobe tersebut. Kebetulan sekali saat itu ada beberapa masyarakat desa Poma (tempat dimana air terjun Murusobe itu berada) yang baru datang dari kota Maumere. Kami pun trekking bersama hehe..
Tanjakkan, jalan licin berlumpur karena hujan, dan kabut pekat menyertai trekking kami. 3 jam kemudian kami sampai di desa Poma. Rumah-rumah bambu beratapkan seng dan daun rumbia berjajar di sepanjang jalan. Hanya ada beberapa rumah. Tapi mereka sangat ramah. Kebetulan(lagi) saat itu adalah malam tahun baru, jadi masyarakat setempat sedang berkumpul untuk merayakannya. Gema musik khas Maumere, babi guling, moke, tenda, masyarakat tua-muda, semua berkumpul. Sedikit GR sih, karena kami mengira kedatangan kami disambut dengan gegap gempita haha..
Dari desa Poma kami masih harus trekking menyusuri sungai untuk dapat mencapai air terjun Murusobe. Selama perjalanan kami harus waspada, karena banyak lintah yang siap hinggap di tubuh kami. Untung saya bawa minyak kayu putih, mujarab untuk melepas lintah yang telah hinggap di tubuh, Tinggal tuang di tubuh lintah, maka secara otomatis lintah itu langsung lepas dari tubuh.
Satu jam kemudian, setelah berjibaku dengan lintah akhirnya kami sampai juga di air terjun Murusobe. Woohhooo..
Sedikit tips : Menurut pengalaman, apabila lintah sudah menempel di tubuh jangan langsung dicabut. Karena kait mulut lintah itu akan menyobek kulit.
Setelah googling kami menemukan salah satu blog tentang Maumere. Di blog tersebut terdapat daftar beberapa spot di Maumere yang belum banyak diketahui orang. Salah satunya adalah air terjun Murusobe atau air terjun kembar.
Excited! Selanjutnya kami langsung mencari info tentang air terjun tersebut. Akses jalan, cara menuju ke sana, dan apa saja yang kemungkinan diperlukan untuk pergi ke sana. Memang sedikit sekali info yang kami dapatkan, karena mayoritas penduduk Maumere sendiri belum pernah ke sana. Dan inti dari info yang kami dapatkan adalah untuk menuju ke sana kami harus trekking sekitar 3 - 4 jam. HUWOW! Oke, kami pun berangkat dengan modal nekad.
Kami berangkat dari kota Maumere pukul 09.00 WITA. Perjalanan ke desa Loke (pemberhentian pertama) sekitar 1 jam. Nah, mulai dari desa Loke inilah kami harus trekking sekitar 3 - 4 jam menuju air terjun Murusobe tersebut. Kebetulan sekali saat itu ada beberapa masyarakat desa Poma (tempat dimana air terjun Murusobe itu berada) yang baru datang dari kota Maumere. Kami pun trekking bersama hehe..
Tanjakkan, jalan licin berlumpur karena hujan, dan kabut pekat menyertai trekking kami. 3 jam kemudian kami sampai di desa Poma. Rumah-rumah bambu beratapkan seng dan daun rumbia berjajar di sepanjang jalan. Hanya ada beberapa rumah. Tapi mereka sangat ramah. Kebetulan(lagi) saat itu adalah malam tahun baru, jadi masyarakat setempat sedang berkumpul untuk merayakannya. Gema musik khas Maumere, babi guling, moke, tenda, masyarakat tua-muda, semua berkumpul. Sedikit GR sih, karena kami mengira kedatangan kami disambut dengan gegap gempita haha..
Dari desa Poma kami masih harus trekking menyusuri sungai untuk dapat mencapai air terjun Murusobe. Selama perjalanan kami harus waspada, karena banyak lintah yang siap hinggap di tubuh kami. Untung saya bawa minyak kayu putih, mujarab untuk melepas lintah yang telah hinggap di tubuh, Tinggal tuang di tubuh lintah, maka secara otomatis lintah itu langsung lepas dari tubuh.
Satu jam kemudian, setelah berjibaku dengan lintah akhirnya kami sampai juga di air terjun Murusobe. Woohhooo..
Sedikit tips : Menurut pengalaman, apabila lintah sudah menempel di tubuh jangan langsung dicabut. Karena kait mulut lintah itu akan menyobek kulit.
bagus-bagus sekali fotonya mas :)
ReplyDeletesemoga suatu saat bisa mengunjunginya,
salam kenal.
yudi
makasih mas. salam kenal juga :)
ReplyDeletesalam kenal semua
ReplyDeleteyang belum berkunjung silakan berkunjung..........
mau berkunjung hub abdon bitto hp:085738213251 atau 081337631694