Friday, August 27, 2010

MAUMERE (Chapter II)


Sebelumnya apabila kita mendengar kata ‘orang Maumere’ pasti bayangannya galak, kasar, ngomongnya kenceng. Yang ujung-ujungnya membuat kita takut sendiri untuk bertemu dengan mereka. Begitu juga kesan pertama yang saya rasakan.

Pada saat berkomunikasi langsung dengan mereka, awalnya saya agak deg-deg serr tapi pas sudah ngobrol-ngobrol ringan dengan mereka ternyata tidak seperti yang seperti kita bayangan sebelumnya. Mereka ramah, enak diajak ngobrol, dan ngladeni sampai-sampai saya jadi gak enak sendiri dengan mereka. Memang sih nada bicara mereka tinggi dan logatnya agak loncat-loncat. Tapi itu semua tidak terlepas dari keadaan alam atau topografi di Flores yang mayoritas adalah bukit dan hutan. Kebayang kan seumpama kita sendiri mempunyai tetangga yang berseberangan bukit, atau di dalam hutan yang jaraknya ratusan meter.

Pernah suatu saat kami serombongan akan pergi ke Danau Kelimutu, mengingat Danau Kelimutu berada di Kabupaten Ende, kami pun berhenti di perbatasan gapura antara Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende yang letaknya di perkebunan kopi yang sangat sepi dan tidak ada orang satu pun. Sesi foto-foto pun dimulai..hehehe...Nah pada saat sesi foto-foto sedang berlangsung tiba-tiba ada seorang nenek keluar dari kebun kopi. Nenek itu benar-benar sudah tua, jalannya pun sudah agak susah (maaf sebelumnya). Kemudian diujung perkebunan kopi lainnya,yang lumayan jauh, ada seorang laki-laki keluar dari perkebunan kopi juga. Kami pun biasa saja, mungkin mereka penduduk setempat yang rumahnya di sekitar daerah tersebut. Si nenek pun berhenti, kami pun diam. Sang laki-laki tadi tetap berjalan menjauh, mungkin dia mau pulang. Secara tiba-tiba si nenek tadi berbicara dengan nada yang sangat kencang, lebih kencang daripada mpok Nori. Kami pun terkejut. Ternyata dia sedang berbicara dengan laki-laki yang ada di ujung sana, yang notabene adalah anaknya. Hedeuuhh...kebayang gak sih, nenek yang sudah tua renta saja ngomong nya dengan volume 5, apalagi yang masih segar bugar hehehe...

Setelah dua tahun lebih sedikit saya berada di sini, saya telah banyak berinteraksi dengan masyarakat Maumere. Mulai dari tua-muda, besar-kecil mereka semua baik, dan menyenangkan. Malah terkadang mereka memberitahu kita mengenai adat-adat di Maumere dan sekitarnya. Mereka senang kalau ada pendatang, entah itu dari mana asalnya, yang singgah dan menyapa mereka. Bahkan saat saya sedang explore bersama teman-teman, mereka pun berusaha menyapa kita. Mungkin pada saat pertama kali kita akan merasa agak risih, karena mereka bisa-dibilang-agak-heran dengan para pendatang yang terlihat sedikit berbeda dengan mereka, baik dari postur tubuh, warna kulit, bentuk wajah, model rambut, dan model pakaian. Biasanya pada saat pertama melihat kita, mereka akan mengamati lekat-lekat dari ujung kepala sampai ujung kaki, dari pertama kita muncul sampai dengan kita pergi tak terlihat oleh mereka. Lain halnya apabila pada saat mereka mengawasi, kita tegur mereka. Pasti mereka akan tersenyum dan mejawab sapaan kita, bahkan terkadang mereka malu untuk menjawab, hanya tersenyum dan tersipu malu.

Saya sendiri sekarang sangat senang kalau pada saat explore kemudian bertemu dengan orang setempat, entah itu anak kecil, orang dewasa, maupun orang tua, untuk menyapa mereka. Apalagi kalau bertemu anak kecil di jalan, entah hanya lewat, pasti saya akan memanggil mereka dan melambaikan tangan kepada mereka. Seraya mereka akan menjawab lambaian tangan kita dan berteriak dengan senang. Kadang malah ada yang hormat, lompat-lompat, atau berlari mengikuti kita sambil melambaikan tangan. Hmmm..saya merasa menjadi artis dadakan, hahahaha....

Selain itu juga apabila kita sedang trip dan membawa kamera foto, mereka, terutama anak-anak pasti langsung berteriak ke kita untuk minta difoto. Dengan kata-kata khas mereka, “Kakak, foto kami ka!”. Kemudian, apabila kita sedang memfoto sesuatu atau sedang melakukan sesi foto-foto mereka pasti langsung memperhatikan kita, itu adalah sinyal bahwa mereka juga minta difoto. Tapi hal ini tidak hanya berlaku untuk anak-anak saja lho, orang dewasa pun bahkan bapak-bapak juga demikian, “ foto kami, foto kami..!!”. Hahaha...mereka suka difoto juga ternyata, seperti saya. :p

No comments:

Post a Comment

thank's for your comments, guys!